Oleh : Al- Faqiir Ilaa Allah Abu Ukasyah Al-Cilacapiy
Seorang menggantungkan cita - citanya nun jauh di bintang kejora, sedang kakinya bersimbah debu, ia melukis cakrawala dengan angannya yang tinggi membangun titian yang akan mengantarkannya sampai ke asa. Wujud semu yang ia pandang menyimpulkan senyumannya, tak tahukah jika sebenarnya ia fatamorgana?. Harapan yang tersimpan menjadi hiasan tak terealisasikan, mimpi yang sudah lama tersembunyi hilang berbalik tak berarti, hanya angan seseorang yang tinggi namun ajal ialah sesuatu yang pasti.
Seorang menggantungkan cita - citanya nun jauh di bintang kejora, sedang kakinya bersimbah debu, ia melukis cakrawala dengan angannya yang tinggi membangun titian yang akan mengantarkannya sampai ke asa. Wujud semu yang ia pandang menyimpulkan senyumannya, tak tahukah jika sebenarnya ia fatamorgana?. Harapan yang tersimpan menjadi hiasan tak terealisasikan, mimpi yang sudah lama tersembunyi hilang berbalik tak berarti, hanya angan seseorang yang tinggi namun ajal ialah sesuatu yang pasti.
Seorang
berupaya melukis cakrawala dengan angan semu, ialah angan dunia yang akan
sirna, yang tidak akan terlepas dari dua kemungkinan; teraih atau tidak,
kendati demikian kedua - duanya akan hilang sebagaimana ia berasal. Adakalanya
ia ingin berbagai macam kenikmatan dunia, dari harta, tahta, dan wanita, atau
adakalanya ia ingin meraih cita, mereka kebaikan yang ia curahkan dari lubuk
hati yang terdalam, namun jika semua itu tidak dilandasi dengan iman, apa jua
seorang menggantang asap?. Karena semua upaya yang tidak didasari dengan iman
akan lebur bak debu yang tertiup angin, sebagaimana Allah Azza Wa Jalla
berfirman :
وَقَدِمْنَا
إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
“Dan kami hadapi segala amal yang
mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”.
(QS. Al-Furqan (25) : 23)
Atau semisal abu yang tehembus oleh angin yang amat kencang,
sebagaimana Dia Yang Maha Perkasa berfirman :
مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ
اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لَا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا
عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ
"Orang-orang yang kafir kepada
Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan
keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil
manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang
demikian itu adalah kesesatan yang jauh”. (QS. Ibrahim (14) : 18)
Atau seperti fatamorgana di sebuah gurun yang panas dan
gersang, sebagaimana yang Dia firmankan :
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ
الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ
عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Dan orang-orang kafir amal-amal
mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh
orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak
mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu
Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah
sangat cepat perhitungan-Nya”. (QS. An-Nur (24) : 39)
Para ahli
tafsir menjelaskan, amalan orang - orang kafir dibatalkan oleh Allah Azza Wa
Jalla sebab kekufuran mereka, dan menjadikan amalan mereka seperti debu
yang diterbangkan oleh angin, mereka menganggap amalan mereka kekal, yang bisa
mereka petik hasilnya di hari kiamat, akan tetapi sekali - kali tidak, kekufuran
mereka menjadikan amalan mereka batal, tidak diterima oleh Allah Azza Wa
Jalla, mereka menyangka amalan yang mereka tanam di dunia bisa tumbuh dan
bisa mereka tuai buahnya di hari kiamat, namun ia tidak ubahnya seperti
fatamorgana yang jauh dari pelupuk mata seakan - akan nampak, akan tetapi
kenyataannya ia adalah sesuatu yang hampa, yang tidak berwujud, apabila
didekati.
Sungguh
sesuatu yang sia - sia, jerih payah yang tak terbayar akibat iman terlalaikan.
Sayangnya, kebanyakan orang demikian, mereka hanya memandang wujud yang pasti
sirna, tidak melihat apa dibaliknya yang lebih kekal, mereka melukis cakrawala
dengan angan - angan semu, memakmurkan dunia dengan dunia, menghiasi langit
dunia dengan impian dunia, walau dunia semakin maju dengan perkembangan dunia
yang banyak dilukiskan oleh anak - anak dunia sekalipun, tetap tidak akan
mengantarkan mereka pada kejayaan, tidak mengantarkan mereka pada kebahagiaan,
jika semua itu tidak mereka landasi dengan iman.
Sekarang
marilah kita sematkan iman dalam lubuk hati kita, sembari membuang apa yang
menjadi lawannya, ia akan menjadikan amalan baikmu kekal yang bisa kau nikmati
hasilnya, engkau bisa mewarnai cakrawala dengan kepastian, daripada melukis
yang tentu lebih sulit, apalagi jika engkau menggoresnya dengan pena
kelenyapan, mewarnai tentu akan lebih asyik engkau rasakan, engkau tidak perlu
menerka - nerka takdir, namun engkau cukup mengikuti skenario yang indah dari
Yang Maha Pencipta untuk kemudian kau warnai dengan rasa syukur di dalam
kenikmatan, engkau bumbui dengan kesabaran dalam musibah, alangkah nikmatnya
hal tersebut.
Karena yang
kukhawatirkan, ajalmu tak sepanjang lukisanmu, engkau boleh berangan tinggi
namun bukan tidak mungkin anganmu akan segera pupus oleh ajalmu, ia bak
penghapus yang menghapus lukisanmu, engkau tidak mendapatkan apa yang kau
inginkan, cita - citamu tidak tercapai, anganmu tidak teraih, sebab panjang
lukisanmu di cakrawala, panjang angan - anganmu membentang, janganlah panjang
angan - angan, amalkanlah apa yang mudah bagimu hari ini untuk kehidupan akhir,
esok hari belum tentu engkau bisa beramal, dengarkanlah petuah yang indah dari
suri tauladan kita Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam tatkala ia melukiskan
sebuah gambaran kepada para sahabatnya tentang ajal dan angan - angan manusia,
sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu :
خط النبي صلى الله عليه وسلم خطا مربعا وخط خطا في الوسط خارجا منه
وخط خططا صغارا إلى هذا الذي في الوسط من جانبه الذي في الوسط وقال هذا الإنسان
وهذا أجله محيط به أو قد أحاط به وهذا الذي هو خارج أمله وهذه الخطط الصغار
الأعراض فإن أخطأه هذا نهشه هذا وإن أخطأه هذا نهشه هذا
“-Suatu saat- Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam melukiskan
-kepada kami- sebuah garis berbentuk persegi panjang, kemudian menggaris
ditengahnya sebuah garis yang melampaui persegi tadi, kemudian beliau melukis
garis kecil - kecil dari garis persegi menuju garis tengah -yang panjang tadi-
, beliau bersabda :”Ini adalah manusia, dan ini ajal yang melingkupi
dirinya, dan garis yang keluar ini adalah angan - angannya, sedang garis -
garis kecil ini adalah bencana yang menjumpai dirinya, apabila luput darinya salah
satu bencana, akan menimpanya yang lain, dan apabila luput darinya bencana ini,
akan menjumpainya yang lain”. (HR. Bukhari No. 6417)
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon kesediaannya untuk menggunakan kata - kata yang santun