Web Blog Abu Ukasyah Al-Cilacapiy

Memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman para Salafush Shaleh.

Menuju Insan Yang Bertaqwa dengan Ilmu Agama

Aqidah, Hadits, Fiqih, Mutiara hikmah Salaful Ummah.

Berbagi ilmu berasaskan ukhuwah Islamiyah

Web Blog Sarana Pengebat Ilmu dan Pendulang Pahala.

Sarana Berbagi Materi

Materi Kajian, Khutbah Jum'at dan Kultum.

Silahkan Download

Soal - soal ujian Lipia, copy rangkuman materi.

Senin, 24 Juni 2013

Hadits Lemah Tentang Puasa dan Kesehatan


Oleh : Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A.




عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه  قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلّم:  وَصُومُوا تَصِحُّوا
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berpuasalah, maka kamu akan sehat.”
Hadits ini dikeluarkan oleh imam al-‘Uqaili[1] dan ath-Thabarani[2] dengan sanad mereka berdua dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhudari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadits ini adalah hadits yang lemah, dalam sanadnya ada perawi yang bernama Zuhair bin Muhammad Abul Mundzir, dia meriwayatkan hadits-hadits munkar (sangat lemah) di negeri Syam karena buruk hafalannya, sebagaimana ucapan imam al-Bukhari, Abu Hatim ar-Raazi dan al-‘Uqaili[3], dan hadits ini termasuk yang diriwayatkannya di negeri Syam.[4].
Hadits ini dihukumi sebagai hadits yang lemah oleh imam al-‘Uqaili[5] dan al-‘Iraqi[6], serta dihukumi sebagai hadits munkar oleh syaikh al-Albani[7].
Hadits yang semakna juga diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu, dikeluarkan oleh imam Ibnu ‘Adi[8]. Hadits ini palsu karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama Nahsyal bin Sa’id, imam Ibnu Hajar berkata tentangnya: “Dia ditinggalkan (riwayat haditsnya) dan dinyatakan sebagai pendusta oleh imam Ishaq bin Rahuyah”[9]. Oleh karena itu, imam ash-Shagaani menghukumi hadits ini sebagai hadits palsu dan imam asy-Syaukani mencantumkannya dalam kitab beliau yang menghimpun hadits-hadits palsu[10].
Hadits yang semakna juga diriwayatkan dari ‘Ali bin abi Thalib radhiallahu ‘anhu, dikeluarkan oleh imam Ibnu ‘Adi[11]. Hadits ini juga sangat lemah atau palsu, karena karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama Husein bin Abdillah bin Dhamirah. Imam Ahmad berkata tentangnya, “Dia ditinggalkan (riwayat) haditsnya”. Imam Yahya bin Ma’in berkata, “Dia adalah pendusta dan hadits (yang diriwayatkan)nya tidak ada nilainya”[12].
Hadits ini dihukumi sebagai hadits yang sangat lemah oleh imam Ibnu ‘Adi[13].
Hadits ini termasuk yang dijadikan sebagai landasan oleh orang-orang yang bodoh bahwa salah satu hikmah puasa adalah untuk menjaga kesehatan badan, sehingga mereka termotivasi untuk berpuasa karena tujuan ini. Kalaupun hal ini mungkin bisa dibuktikan dengan percobaan dan penelitian, tetapi sama sekali tidak boleh dinisbatkan kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena hadits ini lemah dan tidak boleh disandarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
________________________________________________________________
[1] Dalam kitab “adh-Dhu’afaa’” (2/92).
[2] Dalam kitab “al-Mu’jamul ausath” (no. 8312).
[3] Semuanya dinukil oleh imam Ibnu Hajar dalam “Tahdziibut tahdziib” (3/301).
[4] Lihat kitab “Shifatu shaumin nabiyyi r” (hal. 112).
[5] Dalam kitab “adh-Dhu’afaa’” (2/92).
[6] Dalam kitab “Takhriiju ahaadiitsi ihya-i ‘uluumid diin” (3/49).
[7] Dalam kitab “Silsilatul ahaadiitsidh dha’iifati wal maudhuu’ah” (no. 5188).
[8] Dalam kitab “al-Kaamil fidh dhu’afaa’” (7/2521).
[9] Kitab “Taqriibut tahdziib” (hal. 566).
[10] Kitab “al-Fawa-idul majmuu’ah” (hal. 90, no. 10).
[11] Dalam kitab “al-Kaamil fidh dhu’afaa’” (2/357).
[12] Semuanya dinukil oleh imam Ibnu ‘Adi dalam “al-Kaamil fidh dhu’afaa’” (2/356).
[13] Dalam kitab “al-Kaamil fidh dhu’afaa’” (2/358).

Rabu, 19 Juni 2013

Hari - Hari Mendekati Ajal

Oleh : Al-Ustadz Fariq Gazim An-Nus     


     Tidak terasa kita telah memasuki hari ke 13 di bulan Ramadhan 1431H. Pagi ini selesai shalat subuh di Masjid, dalam perjalanan pulang saya berjumpa dengan jamaah Masjid yang sudah berusia diatas lima puluh tahun, beliau bernama Ahmad Syakir. Setelah saya mengucapkan salam dan bersalaman dengan beliau, tiba-tiba beliau mengucapkan syair berbahasa Arab,

إنا لنفرح بالأيام نقطعها  ***  وكل يوم مضى يدني من الأجل

Sesungguhnya kita bergembira dengan hari-hari yang kita lalui
Setiap hari yang telah lewat akan mendekatkan kepada ajal
     Paman Ahmad Syakir –semoga Allah memberkahi umurnya- menjelaskan, “Kita bergembira dengan datangnya hari Jumat, datangnya bulan Ramadhan, datang hari Idul Fitri dan Idul Adha misalnya, hanya saja kita sering lupa bahwa dengan hari-hari yang kita lalui berarti semakin dekatlah ajal kita” Semoga Allah mewafatkan kita dalam keadaan husnul khatimah, amin.
Beliau juga berpesan dengan sebuah syair pula,

ولدتك أمك يا ابن آدم باكيا ***   والناس حولك يضحكون سرورا

فاحرص بأن تكون إذا بكوا   *** في يوم موتك ضاحكا مسرورا

Engkau dilahirkan ibumu wahai anak Adam dalam keadaan menangis
Sedangkan manusia di sekitarmu tertawa gembira
Maka berusahalah jika mereka menangis
di hari kematianmu, engkau dalam keadaan tertawa gembira
Jeddah, 13 Ramadhan 1431 H / 23 Agustus 2010 M

Selasa, 18 Juni 2013

Halal Haram Versi Syiah

Oleh : Al-Ustadz Agus Hasan Bashori

Sudah dimaklumi dalam syariat Islam bahwa ikan dan hewan laut semuanya halal.  Allah berfirman  :

أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعًا لَكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُمًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (٩٦)

Dihalalkan bagimu binatang buruan laut [442] dan makanan (yang berasal) dari laut [443] sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”. (QS. Al-Maidah: 96)
[442] Maksudnya: binatang buruan laut yang diperoleh dengan jalan usaha seperti mengail, memukat dan sebagainya. Termasuk juga dalam pengertian laut disini Ialah: sungai, danau, kolam dan sebagainya.
[443] Maksudnya: ikan atau binatang laut yang diperoleh dengan mudah, karena telah mati terapung atau terdampar dipantai dan sebagainya.
Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ ، السَّمَكُ وَالْجَرَادُ وَالْكَبِدُ وَالطِّحَالُ

Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah; ikan, belalang, hati dan limpa.” (HR Ahmad, darauquthni dari Ibn Umar, shahih)
Juga bersabda:

هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ

Laut itu suci airnya dan halal bangkainya.” (HR Malik dan ashhabussunan)

Namun syiah imamiyah memiliki agama lain dan syariat lain.
Mereka mengharamkan makanan laut semuanya kecuali yang bersisik dan beberapa macam yang sangat terbatas. Sementara sisanya semuanya haram!! Hal itu meliputi makanan-makanan yang dikenal dan tersebar luas di negara-negara Muslim, yaitu hidangan makanan yang berguna dan baik menurut kesaksian para ahli gizi. Sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah untuk kita.
Namun, Syiah telah menerima agama mereka dari bisikan setan, dan jauh dari kepastian, sehingga sesat menyesatkan.
Saya membawakan untuk Anda beberapa pelajaran dan fatwa konyol mereka yang kacau.
Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kita dari kesesatan mereka dan yang telah mengunggulkan kita atas banyak makhluk-Nya.
——————————————————————-
FATWA ALI SISTANI (pemimpin Hauzah syiah tertinggi di Najaf, yang sekarang terjerat skandal free sex atas nama agama)
Kitab Minhajus Shalihin Masalah ke 877:
Tidak halal dari hewan laut kecuali ikan, maka haram selainnya dari seluruh macam hewannya, sampai yang dinamai dengan nama hewan yang halal dimakan dari hewan darat seperti sapi dan kudanya. Begitu pula yang memiliki dua kehidupan seperti katak, kepiting dan penyu (kura-kura) menurut pendapat yang kuat.  Ya, burung, yang disebut burung laut –seperti sabihah (burung berenang), ghaishah (burung penyelam) dll- halal darinya apa yang halal semisalnya dari burung darat.
Masalah 878: tidak halal ikan kecuali yang memiliki sisik jika asli, sehingga tidak masalah hilangnya sisik karena satu sebab, maka halal Alkanat dan Rabitha dan linen halus, cokelat, ikan mas dan Qattan, Tabaraani dan Alablami dan lainnya untuk udang yang disebut di hari ini dengan rubiyan (udang).  Dan Tidak dihalalkan ikan yang tidak bersisik dari asalnya seperti algary (catfish) dan aL-zimair , al-Zahw, Almarmahe. Jika ada keraguan apakah dia bersisik atau tidak maka dianggap tidak bersisik.

 

Foto ikan al-Jaryi yang diharamkan syiah karena tidak bersisik (seperti halnya lele)

Pertanyaan: Saya bertanya tentang cumi-cumi (Marine organism of mollusks). Apakah diperbolehkan untuk makan atau tidak? .. Apakah itu najis atau tidak? .. Apakah setiap hewan laut yang lunak/lembut tidak boleh dimakan?
Fatwa: Jika yang Anda maksud dengan moluska itu hewan yang memiliki kulit batu kapur seperti pada kulit kura-kura dan kerang, maka semua itu haram, tetapi suci.
Pertanyaan: Cumi-cumi adalah termasuk hewan laut yang mengeluarkan tinta .. lalu bagaimana penyembelihannya?
Fatwa: Tidak ada cara untuk penyembelihannya, dan tidak ada jalan sebab ia diharamkan untuk dimakan.  Tidak halal dengan disembelih  fisiknya, maka penyembelihannya tidak mempengaruhi kesuciannya.
Pertanyaan: Saya memiliki pertanyaan tentang crab (kepiting).. Apakah diperbolehkan untuk makan atau tidak? Bersama dengan alasannya?
Fatwa: Tidak dibolehkan jika tidak halal dari hewan laut, kecuali ikan bersisik dan udang.
Pertanyaan: Apa hukumnya makan kerang, induk udang?
Fatwa: Tidak boleh!!.
Pertanyaan: Kami sedang bekerja dalam profesi nelayan (penangkap ikan), hari ini kita menghadapi masalah dalam penjualan beberapa jenis ikan yang diharamkan seperti Kepiting: rajungan, cumi-cumi yang dikenal di kita dengan nama Khatstsaq. Saya mohon kepada tuan agar memberitahukan kepada saya  hukum penjualan spesies ini (kepiting dan cumi) secara rinci ?
Fatwa: Boleh menjualnya kepada orang yang mengaggapnya halal !!!!.
Pertanyaan: Apakah cumi haram atau halal?
Fatwa: cumi tampaknya ia hewan laut bukan jenis ikan, dan semua binatang laut non-ikan yang bersisik dilarang, kecuali udang.
Pertanyaan: Apa hukumnya makan kepiting?
Fatwa: Tidak boleh makan kepiting.
Pertanyaan: Apa hukumnya makan makanan laut selain ular  seperti apa yang dikeluarkan dari kerang laut Apakah boleh makan ini? dan apa kaedah dasar yang dapat mendefinisikan hal-hal yang pa?
Fatwa: Kerang adalah hewan yang tidak boleh  memakannya. Tidak halal dari binatang laut kecuali ikan, dan tidak halal dari ikan kecuali yang bersisik asli, meskipun sisiknya sebab.
Pertanyaan: Saya punya beberapa saudara mengatakan kepada saya bahwa hewan laut tidak boleh makan kecuali ikan dan udang Pertanyaan saya adalah .. Apakah diperbolehkan untuk makan (lobster) dan nama Arab Syarikhah, atau udang atau lobster? .. Apa alasan keharamannya jika tidak boleh dimakan?
Fatwa: Tidak dibolehkan, dalilnya adalah riwayat-riwayat, sementara hukum itu adalah ta’abbudi (murni taat tidak bisa dinalar).
Pertanyaan: Apakah halal atau haram kepiting, perhatikan bahwa dalam klasifikasi Kerajaan ilmu kelautan mengklasifikasikan Udang, kepiting, ibu udang  dalam klasifikasi satu di bawah pintu krustasea?
Fatwa: Semua hewan laut adalah haram, kecuali ikan yang memiliki sisik¸ tidak halal selain ikan kecuali udang.
FATWA Al-Khumaini
Kitab Tahrirul wasilah:
Masalah 1: tidak dimakan dari makanan laut kecuali ikan dan burung secara global. Maka selainnya dari berbagai jenis hewan adalah haram, sampai hewan yang ada padanannya di darat seperti sapi laut. Dst (masih ada beberapa)
Fatwa serupa juga disampaikan oleh:
·         Mirza Jawad al-Tibrizi
·         Sayyid Muhammad  al-Husaini al-Syirazi
·         Sayyid Shadiq as-Syirazi
·         Sayyid Muhammad said al-hakim
·         Sayyid  Kazhim al-Husaini al-Hairi
——————————————————————-
Allah berfirman:

وَلا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لا يُفْلِحُونَ (١١٦) مَتَاعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (١١٧)

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara Dusta “Ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah Tiadalah beruntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka azab yang pedih.” (QS. An Nahl: 116-117)
انْظُرْ كَيْفَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَكَفَى بِهِ إِثْمًا مُبِينًا (٥٠)

Perhatikanlah, betapakah mereka mengada-adakan Dusta terhadap Allah? dan cukuplah perbuatan itu menjadi dosa yang nyata (bagi mereka).” (QS. An-Nisa`:50)
انْظُرْ كَيْفَ كَذَبُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (٢٤)

Lihatlah bagaimana mereka telah berdusta kepada diri mereka sendiri dan hilanglah daripada mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan.” (QS. Al-an’am 24)
Mirip dengan bangsa jahiliyyah, karena mereka tidak berakal

مَا جَعَلَ اللَّهُ مِنْ بَحِيرَةٍ وَلا سَائِبَةٍ وَلا وَصِيلَةٍ وَلا حَامٍ وَلَكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَأَكْثَرُهُمْ لا يَعْقِلُونَ (١٠٣)

Allah sekali-kali tidak pernah mensyari’atkan adanya bahiirah[449], saaibah[450], washiilah[451] dan haam[452]. akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti(QS. al-Maidah: 103)
[449] Bahiirah: ialah unta betina yang telah beranak lima kali dan anak kelima itu jantan, lalu unta betina itu dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi dan tidak boleh diambil air susunya.
[450] Saaibah: ialah unta betina yang dibiarkan pergi kemana saja lantaran sesuatu nazar. Seperti, jika seorang Arab Jahiliyah akan melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat, Maka ia biasa bernazar akan menjadikan untanya saaibah bila maksud atau perjalanannya berhasil dengan selamat.
[451] Washiilah: seekor domba betina melahirkan anak kembar yang terdiri dari jantan dan betina, Maka yang jantan ini disebut washiilah, tidak disembelih dan diserahkan kepada berhala.
[452] Haam: unta jantan yang tidak boleh diganggu gugat lagi, karena telah dapat membuntingkan unta betina sepuluh kali. perlakuan terhadap bahiirah, saaibah, washiilah dan haam ini adalah kepercayaan Arab jahiliyah.
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ (١١٢)

Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)[499]. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS. Al-An’Am: 112)
[499] Maksudnya syaitan-syaitan jenis jin dan manusia berupaya menipu manusia agar tidak beriman kepada Nabi.
Kami bersyukur kepada Allah atas hidayah ini. Semoga orang syiah disadarkan oleh Allah sehingga kembali ke pangkuan sunnah, akal, fithrah.

Malang, Rabo 18 Agustus 2010.

Minggu, 16 Juni 2013

Islam Agama Kasih Sayang




KHUTBAH PERTAMA:
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”.
“يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً”.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً”.
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah…
Mari kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’ala dengan ketaqwaan yang sebenar-benarnya; yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nyashallallahu’alaihiwasallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nyashallallahu’alaihiwasallam.
Jama’ah Jum’at yang semoga dimuliakan Allah…
Salah satu karakter menonjol syariat Islam, adalah agama kita datang dengan membawa dan menjunjung tinggi kasih sayang. Begitu banyak nas dari al-Qur’an maupun Sunnah yang menjelaskan hal itu. Di antaranya:
Firman Allah ta’ala,
“وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ
Artinya: “Kami tidaklah mengutusmu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat (kasih sayang) bagi seluruh alam”. QS. Al-Anbiya’: 107.
Juga sabda Nabi-Nya shallallahu’alaihiwasallam,
“الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ؛ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ”
“Orang-orang yang penyayang akan disayangi Allah Yang Maha Penyayang. Sayangilah siapa yang ada di atas muka bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh siapa yang ada di langit”. HR. Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr dan dinilai hasan sahih oleh Tirmidzy.
Jama’ah Jum’at yang kami hormati…
Dalam mengajarkan kasih sayang, Islam tidak cukup hanya dengan memaparkan konsep global, namun juga menjabarkannya secara terperinci. Menyebutkan potret-potretnya secara detil dan menggambarkan dengan begitu jelas praktek nyatanya dalam kehidupan sehari-hari.
Mulai dari orang terdekat, yakni anak dan istri, hingga manusia terjauh baik dari sisi kekerabatan maupun agama, semuanya berhak mendapat kasih sayang sesuai dengan porsi dan aturan yang telah digariskan agama. Tidak cukup hanya para manusia yang perlu disayangi, makhluk lain, semisal binatang dan tetumbuhan pun mendapatkan jatah kasih sayang, jauh hari sebelum orang-orang barat mengkampanyekan kasih sayang terhadap binatang atau mencanangkan program green life.
Mengenai kasih sayang terhadap anak, kiranya kisah yang terjadi di zaman nubuwwah berikut bisa sedikit menggambarkannya. Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bertutur,
“قَبَّلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ وَعِنْدَهُ الْأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيمِيُّ جَالِسًا. فَقَالَ الْأَقْرَعُ: “إِنَّ لِي عَشَرَةً مِنْ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا”. فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ: “مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ”
“Suatu saat Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mencium (cucu beliau) al-Hasan bin ‘Ali dan saat itu ada al-Aqra’ bin Hâbis at-Tamimy duduk di samping beliau. Serta merta al-Aqra’ berkomentar, “Aku memiliki sepuluh anak, sungguh tidak pernah satupun di antara mereka yang kucium”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam pun memandangnya seraya berkata, “Barang siapa tidak mengasihi maka ia tidak akan dikasihi!”. HR. Bukhari dan Muslim.
Kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati Allah…
Untuk memotivasi sifat saling menyayangi sesama muslim, selain dengan menjelaskan hak dan kewajiban di antara mereka, Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihiwasallam juga membuat sebuah perumpamaan yang sangat indah, tentang bagaimana seharusnya kaum muslimin berkasih sayang di antara mereka,
“مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ؛ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى”.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam ukhuwah, kasih sayang dan kepedulian sesama mereka bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh bagian tubuh akan bersolidaritas dengan ikut begadang dan merasa sakit”. HR. Bukhari dan Muslim dari an-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu.
Bahkan Islam juga menerangkan jalan yang seharusnya ditempuh untuk mengantarkan kepada terciptanya kasih sayang tersebut. Di antaranya, dalam sabda Nabishallallahu’alaihiwasallam,
“لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا. أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ”
“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian kutunjukkan tentang sesuatu yang jika kalian praktekkan niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian”. HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.
Para hadirin dan hadirat yang kami cintai…
Dalam menebarkan kasih sayang, Islam tidak hanya berhenti dalam wilayah sesama muslim saja, namun juga merambah hubungan dengan non muslim. Di antara potretnya yang paling jelas, Islam memotivasi mereka untuk masuk dan mengikuti agama kasih sayang; agama Islam, agar mereka bahagia di dunia dan selamat di akhirat. Rasulullahshallallahu’alaihiwasallam bersabda,
“وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ، يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ؛ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ”
“Demi Allah, tidaklah seorang pun dari umat ini, entah itu Yahudi atau Nasrani, yang mendengar tentang diriku, lalu ia mati dalam keadaan belum beriman dengan risalahku, melainkan ia akan menjadi penghuni neraka”. HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.
Andaikan mereka enggan masuk Islam dan tidak memerangi kaum muslimin, mereka tetap berhak untuk disikapi secara lahiriah dengan baik. Allah ta’ala menjelaskan,
“لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ، وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ، إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ”.
Artinya: “Allah tidak melarang kalian berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang (kafir) yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kalian dari kampung halaman. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil”. QS. Al-Mumtahanah: 8.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Yang lebih menakjubkan lagi, agama kita tidak hanya memperhatikan kasih sayang sesama manusia, namun juga mengajarkan kasih sayang kepada penghuni bumi lainnya, yaitu binatang dan tetumbuhan.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengisahkan,
“كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَانْطَلَقَ لِحَاجَتِهِ، فَرَأَيْنَا حُمَرَةً مَعَهَا فَرْخَانِ، فَأَخَذْنَا فَرْخَيْهَا، فَجَاءَتْ الْحُمَرَةُ فَجَعَلَتْ تَفْرِشُ. فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: “مَنْ فَجَعَ هَذِهِ بِوَلَدِهَا؟ رُدُّوا وَلَدَهَا إِلَيْهَا!” وَرَأَى قَرْيَةَ نَمْلٍ قَدْ حَرَّقْنَاهَا فَقَالَ: “مَنْ حَرَّقَ هَذِهِ؟” قُلْنَا: “نَحْنُ” قَالَ: “إِنَّهُ لَا يَنْبَغِي أَنْ يُعَذِّبَ بِالنَّارِ إِلَّا رَبُّ النَّارِ”
“Suatu hari kami bepergian beserta Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam. Di tengah perjalanan, beliau memisahkan diri untuk menunaikan hajat. Saat itu kami melihat induk burung bersama kedua anaknya yang masih kecil. Maka kami mengambil dua anak burung itu. Induk burung pun mengepak-epakkan sayapnya gelisah. Manakala Nabi shallallahu’alaihiwasallam datang beliau bertanya, “Siapa yang menyakiti burung ini (dengan mengambil) anaknya? Kembalikan anaknya kepada sang induk!”. Beliau juga melihat ada perkampungan sarang semut telah dibakar. Beliaupun berkata, “Siapa yang membakar ini?”. “Kami”. “Tidak pantas menyiksa dengan api kecuali Penguasa api” . HR. Abu Dawud dan isnadnya dinilai sahih oleh al-Hakim.
Tidak cukup hanya mengajarkan kasih sayang semasa hidup para hewan tersebut, bahkan Islam juga memerintahkan agar mempraktekkan kasih sayang, sampaipun di detik-detik akhir hidup para hewan tersebut, yakni manakala kita bermaksud untuk menyembelihnya.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
“إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ؛ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ”
“Sesungguhnya Allah mewajibkan perbuatan baik dalam segala sesuatu. Jika kalian akan membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian akan menyembelih sembelihlah dengan cara yang baik, hendaklah kalian mengasah pisau kalian dan menenangkan hewan yang akan disembelihnya”. HR. Muslim dari Syaddad bin Aus radhiyallahu’anhu.
Jamaah Jum’at yang kami hormati …
Masih banyak potret lain yang menggambarkan betapa ajaran Islam sangatlah menjunjung kasih sayang. Kasih sayang kepada pelaku kesalahan terutama dari kalangan orang-orang yang terbatas ilmunya. Kasih sayang kepada tetumbuhan. Kasih sayang kepada orang tua dan kerabat. Kasih sayang kepada tetangga. Dan segudang contoh lainnya, yang tidak mungkin dipaparkan dalam kesempatan singkat ini. Semoga sedikit pemaparan di atas bisa menggambarkan pada kita betapa Islam benar-benar agama yang  mengutamakan kasih sayang dan memotivasi umatnya untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari…
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِسُنَّةِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ، إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA:
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْأَرْبَابِ، وَمُسَبِّبِ الْأَسْبَابِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ الْعَزِيْزُ الْوَهَّابُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَفْضَلُ مَنْ قَامَ بِالدَّعْوَةِ وَالْاِحْتِسَابِ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أُوْلِي الْبَصَائِرِ وَالْأَلْبَابِ، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الْمَآبِ.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah
Itulah sekelumit konsep kasih sayang dalam Islam. Namun demikian, di zaman kita ini, ada dua kubu yang bertolak belakang dalam menyikapi konsep tersebut.
Golongan pertama: yang kurang mempedulikan salah satu tujuan utama kedatangan Islam ke muka bumi itu.
Sedangkan golongan kedua: yang kebablasan dalam menerjemahkan kasih sayang.
Golongan pertama adalah mereka yang menampakkan Islam sebagai agama yang garang, galak dan gemar menumpahkan darah –tanpa aturan–. Setali tiga uang, ada pula yang menggambarkan pada umat bahwa seorang muslim yang berpegang teguh dengan ajaran Islam, haruslah bermuka sangar, bertutur kata pedas, tidak ramah, enggan menebarkan salam dan seabreg perilaku kurang simpatik lainnya.
Kebalikannya, golongan kedua, yakni orang-orang yang keliru dalam menafsirkan kasih sayang. Mereka menjadikan kasih sayang sebagai dalih untuk mempertahankan tradisi yang bertolak belakang dengan Islam. Tidak cukup sampai di situ, bahkan mereka melontarkan tuduhan miring kepada pihak yang berusaha mengembalikan umat kepada ajaran murni Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam, sebagai kaum yang tidak peduli dengan prinsip kasih sayang.
Memang lembaran sejarah mengatakan, bahwa setiap kali muncul penyimpangan yang bernuansa ekstrim dan berlebihan, hampir bisa dipastikan akan muncul tandingannya berupa penyimpangan yang bernuansa bermudah-mudahan.
Adapun sikap yang benar adalah: sikap pertengahan di antara keduanya.
“وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا”
Artinya: “Demikian pula Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) umat yang pertengahan”.QS. Al-Baqarah: 143.
Sekurang-kurangnya, seorang muslim tertuntut untuk bisa memadukan antara dua hal: tegas dalam berprinsip dan santun dalam bersikap. Tegas dalam berprinsip menggambarkan keteguhannya dalam berpegang dengan ajaran Islam yang benar. Sedangkan santun dalam bersikap dan keluwesan dalam bermu’amalah dengan siapapun –selama masih dalam koridor yang dibolehkan agama– merupakan penjabaran dari kasih sayang kepada sesama insan. Bahkan perilaku simpatik tersebut bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk mendakwahi orang-orang yang menyimpang dari garis lurus tuntunan Rasul shallallahu’alaihiwasallam.
Semoga Allah berkenan mengaruniakan taufik-Nya pada kita agar termasuk golongan pertengahan tersebut. Amien ya Mujibas sâ’ilin…
هذا؛ وصلوا وسلموا –رحكم الله– على الصادق الأمين؛ كما أمركم بذلك مولاكم رب العالمين، فقال سبحانه: “إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً”.
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد, اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد.
ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين
ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم
ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين. أقيموا الصلاة…

Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 21 Jumadal Ula 1433 / 13 April 2012