Kamis, 13 Juni 2013

Melukis Cakrawala Dengan Angan Semu, Atau Mewarnainya Dengan Kepastian

Oleh : Al- Faqiir Ilaa Allah Abu Ukasyah Al-Cilacapiy

      Seorang menggantungkan cita - citanya nun jauh di bintang kejora, sedang kakinya bersimbah debu, ia melukis cakrawala dengan angannya yang tinggi membangun titian yang akan mengantarkannya sampai ke asa. Wujud semu yang ia pandang menyimpulkan senyumannya, tak tahukah jika sebenarnya ia fatamorgana?. Harapan yang tersimpan menjadi hiasan tak terealisasikan, mimpi yang sudah lama tersembunyi hilang berbalik tak berarti, hanya angan seseorang yang tinggi namun ajal ialah sesuatu yang pasti.
       Seorang berupaya melukis cakrawala dengan angan semu, ialah angan dunia yang akan sirna, yang tidak akan terlepas dari dua kemungkinan; teraih atau tidak, kendati demikian kedua - duanya akan hilang sebagaimana ia berasal. Adakalanya ia ingin berbagai macam kenikmatan dunia, dari harta, tahta, dan wanita, atau adakalanya ia ingin meraih cita, mereka kebaikan yang ia curahkan dari lubuk hati yang terdalam, namun jika semua itu tidak dilandasi dengan iman, apa jua seorang menggantang asap?. Karena semua upaya yang tidak didasari dengan iman akan lebur bak debu yang tertiup angin, sebagaimana Allah Azza Wa Jalla berfirman :

وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”. (QS. Al-Furqan (25) : 23)

Atau semisal abu yang tehembus oleh angin yang amat kencang, sebagaimana Dia Yang Maha Perkasa berfirman :

مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لَا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ

"Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”. (QS. Ibrahim (14) : 18)

Atau seperti fatamorgana di sebuah gurun yang panas dan gersang, sebagaimana yang Dia firmankan :

وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”. (QS. An-Nur (24) : 39)

         Para ahli tafsir menjelaskan, amalan orang - orang kafir dibatalkan oleh Allah Azza Wa Jalla sebab kekufuran mereka, dan menjadikan amalan mereka seperti debu yang diterbangkan oleh angin, mereka menganggap amalan mereka kekal, yang bisa mereka petik hasilnya di hari kiamat, akan tetapi sekali - kali tidak, kekufuran mereka menjadikan amalan mereka batal, tidak diterima oleh Allah Azza Wa Jalla, mereka menyangka amalan yang mereka tanam di dunia bisa tumbuh dan bisa mereka tuai buahnya di hari kiamat, namun ia tidak ubahnya seperti fatamorgana yang jauh dari pelupuk mata seakan - akan nampak, akan tetapi kenyataannya ia adalah sesuatu yang hampa, yang tidak berwujud, apabila didekati.

          Sungguh sesuatu yang sia - sia, jerih payah yang tak terbayar akibat iman terlalaikan. Sayangnya, kebanyakan orang demikian, mereka hanya memandang wujud yang pasti sirna, tidak melihat apa dibaliknya yang lebih kekal, mereka melukis cakrawala dengan angan - angan semu, memakmurkan dunia dengan dunia, menghiasi langit dunia dengan impian dunia, walau dunia semakin maju dengan perkembangan dunia yang banyak dilukiskan oleh anak - anak dunia sekalipun, tetap tidak akan mengantarkan mereka pada kejayaan, tidak mengantarkan mereka pada kebahagiaan, jika semua itu tidak mereka landasi dengan iman.

         Sekarang marilah kita sematkan iman dalam lubuk hati kita, sembari membuang apa yang menjadi lawannya, ia akan menjadikan amalan baikmu kekal yang bisa kau nikmati hasilnya, engkau bisa mewarnai cakrawala dengan kepastian, daripada melukis yang tentu lebih sulit, apalagi jika engkau menggoresnya dengan pena kelenyapan, mewarnai tentu akan lebih asyik engkau rasakan, engkau tidak perlu menerka - nerka takdir, namun engkau cukup mengikuti skenario yang indah dari Yang Maha Pencipta untuk kemudian kau warnai dengan rasa syukur di dalam kenikmatan, engkau bumbui dengan kesabaran dalam musibah, alangkah nikmatnya hal tersebut.

       Karena yang kukhawatirkan, ajalmu tak sepanjang lukisanmu, engkau boleh berangan tinggi namun bukan tidak mungkin anganmu akan segera pupus oleh ajalmu, ia bak penghapus yang menghapus lukisanmu, engkau tidak mendapatkan apa yang kau inginkan, cita - citamu tidak tercapai, anganmu tidak teraih, sebab panjang lukisanmu di cakrawala, panjang angan - anganmu membentang, janganlah panjang angan - angan, amalkanlah apa yang mudah bagimu hari ini untuk kehidupan akhir, esok hari belum tentu engkau bisa beramal, dengarkanlah petuah yang indah dari suri tauladan kita Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam tatkala ia melukiskan sebuah gambaran kepada para sahabatnya tentang ajal dan angan - angan manusia, sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu :

خط النبي صلى الله عليه وسلم خطا مربعا وخط خطا في الوسط خارجا منه وخط خططا صغارا إلى هذا الذي في الوسط من جانبه الذي في الوسط وقال هذا الإنسان وهذا أجله محيط به أو قد أحاط به وهذا الذي هو خارج أمله وهذه الخطط الصغار الأعراض فإن أخطأه هذا نهشه هذا وإن أخطأه هذا نهشه هذا

“-Suatu saat- Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam melukiskan -kepada kami- sebuah garis berbentuk persegi panjang, kemudian menggaris ditengahnya sebuah garis yang melampaui persegi tadi, kemudian beliau melukis garis kecil - kecil dari garis persegi menuju garis tengah -yang panjang tadi- , beliau bersabda :”Ini adalah manusia, dan ini ajal yang melingkupi dirinya, dan garis yang keluar ini adalah angan - angannya, sedang garis - garis kecil ini adalah bencana yang menjumpai dirinya, apabila luput darinya salah satu bencana, akan menimpanya yang lain, dan apabila luput darinya bencana ini, akan menjumpainya yang lain”. (HR. Bukhari No. 6417)

Demikianlah gambar tersebut :



         
       Nasehat yang bisa terucap, janganlah panjang angan - anganmu, lakukan semampumu dari amal yang bisa kau kerjakan hari ini, hari esok atau lusa itu tak pasti, seribu hari ini tentu lebih baik dari sepuluh ribu yang kau nanti esok hari, karena bisa jadi ia raib dari dirimu sebab ajal yang menjemputmu, nikmati dan syukurilah apa yang dikaruniakan kepadamu, niscaya akan lebih mampu membahagiakan dirimu, selagi sanggup saat ini, selagi dikandung oleh badan hayat ini, mumpung bisa, senyampang ada kesempatan, beramalah, beramal, warnai cakrawala dengan kepastian, jangan lukis ia dengan angan semu, beramal selagi diberi kesempatan.

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon kesediaannya untuk menggunakan kata - kata yang santun